Sang Katak

Pada suatu hari di sebuah kolam, hiduplah segerombolan katak. Katak – katak ini merasa bosan dengan aktivitasnya yang setiap hari hanya berenang – renang saja di kolam. Maka suatu hari, mereka memutuskan untuk mengadakan perlombaan. Barang siapa yang bisa melompat memanjat pohon yang tumbuh di dekat kolam sampai puncaknya menjadi pemenangnya. Si pemenang akan memperoleh ciuman dari katak betina te rcantik di kolam itu.

Maka pada hari yang ditentukan, berkumpullah semua katak muda di kolam itu. Masing – masing merasa yakin akan bisa menjadi pemenang. Wasit dan juri berunding, lalu memilih sebuah pohon tertinggi di dekat kolam tersebut. Para katak muda, baik yang ikut serta dalam perlombaan maupun mereka yang hanya ingin menonton, dengan penuh semangat segera menghampiri pohon yang ditentukan.

Mula – mula perlombaan berlangsung dengan sangat seru. Penonton bersorak – sorak menyemangati katak jagoannya. Namun setelah satu jam berlalu, beberapa katak mulai berjatuhan dari pohon. Para katak yang menonton pun semakin tegang. Dua jam berlalu, makin banyak katak yang berjatuhan dan penonton mulai lelah.

Menjelang tengah hari, karena belum ada pemenang, seorang penonton mulai mengeluh, ”Tidak mungkin tantangan ini bisa diselesaikan! Kita ini katak, keahlian kita berenang, bukan memanjat pohon!” Maka banyak dari para penonton yang mendengar penonton ini dan mulai berkeluh kesah tentang sulitnya perlombaan kali ini. Beberapa peserta lomba menyerah dan berhenti memanjat.

Penonton pun makin gaduh, ”Keterlaluan!! Sampai banyak yang terluka begini. Pohon yang dipilih ini terlalu tinggi!” Beberapa katak muda menoleh mendengar teriakan ini, dan mereka pun terjatuh. Maka penonton dan tim medis katak pun makin ribut, makin banyak pula katak – katak yag menyerah di tengah perlombaan.

Tak disangka, ada seekor katak yang masih terus bertahan. Tanpa menoleh ke belakang, dia terus berusaha untuk naik lebih tinggi dan lebih tinggi lagi. Penonton pun merasa ngeri dan berteriak –teriak, ”Sudah, hentikan saja. Tidak sebanding denga nyawamu. Yang lain sudah menyerah, ti dak usah malu untuk turun!” seru para penonton. Tapi katak yang satu ini seolah tak peduli dan masih terus memanjat ranting demi ranring.

Menjelang sore hari, sampailah si katak ini di puncak pohon dan ia pun keluar sebagai pemenang. Setelah dibantu turun dari pohon, katak – katak lain mengerubunginya. Mereka bertanya, ”Kamu ini kenapa bisa segila itu? Pohonnya tinggi sekali! Kamu bisa saja jatuh. Kami cemas sekali mengingatkan kamu dari bawah!” Si katak Juara tersenyum dan menjawab, ”Maaf, saya ini agak tuli… Saya pikir kalian menyemangati saya!”

*Ketika kita terlalu banyak mendengarkan orang lain, kita menjadi lebih takut dan memikirkan terlalu banyak hal. Ada baiknya juga kadang2 kita menjadi “tuli” dan bekerja semampu kita.

Diambil dari Facebook Notes Tanadi Santoso

Leave a Reply